Ahad, 6 September 2009

Badar al Qubro -jilid 4-


Syuro

Semua yang telah direncanakan kaum muslimin akhirnya berubah. Hal-hal baru yang tak terduga sebelumnya tampak ke permukaan. Oleh karenanya ada penyikapan yang harus dipelajari dengan mengacu kepada beberapa hal berikut:

1. Tujuan pertama kaum muslimin adalah untuk mencegat rombongan kafilah dagang, dan bukan untuk berperang.

2. Minimnya persiapan dan jumlah kaum muslimin ketika itu.

3. Perjanjian yang mengikat antara Rasulullah saw. dan kaum Anshor pada saat itu adalah memberikan pertolongan di Kota Madinah, bukan di luar wilayah tersebut.

Hal-hal inilah yang sekiranya menuntut seorang pemimpin untuk mendengar secara langsung masukan dari para pasukannya. Oleh karena itu, Rasulullah saw. kemudian mengumpulkan orang-orang untuk bermusyawarah.

Beliau berkata, ”Wahai sekalian orang, berikanlah pendapat kepadaku!” Abu Bakar pun berdiri. Kemudian ia berbicara dan memberikan masukan yang baik kemudian. Kemudian ‘Umar berdiri lalu berbicara dan memberikan masukan yang baik. Kemudian Miqdad bin ‘Amr bangkit seraya berkata, ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami benar-benar telah beriman kepadamu. Maka laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Tuhanmu dan kami akan bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti apa yang telah dikatakan oleh para pengikut Musa kepadanya, ’Pergilah engkau bersama Tuhanmu! Dan berperanglah kalian berdua. Kami akan duduk menunggu di sini.’ Namun kami akan mengatakan, ’pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kalian berdua. Sesungguhnya kami akan berperang bersama kalian.’ Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan kebenaran, seandainya engkau pergi bersama kami ke wilayah Barkil Ghimaad (di ujung Yaman), niscaya kami akan berperang bersamamu menghadapi orang yang menghalangimu hingga engkau sampai ke sana.”

Lalu Rasulullah saw. berkata kepadanya dengan perkataan yang baik serta mendoakannya. Kemudian beliau kembali meminta, ”Wahai sekalian orang, berikanlah masukan kepadaku!” seakan-akan beliau memintanya dari kalangan Anshor. Ia ingin mendengar pendapat mereka tentang apa yang sedang dihadapainya saat itu. Sa’d bin Mu’adz berdiri dan berkata, ”Demi Allah, wahai Rasulullah, sepertinya engkau menginginkan kami?” Rasulullah saw. menjawab, ”Tepat.” Sa’d berkata, ”Kami benar-benar telah beriman kepadamu, kami membenarkanmu dan bersaksi bahwa engkau membawa kebenaran. Kami berikan untuk semua itu janji dan kesetiaan kami untuk mendengar dan taat. Maka laksanakanlah apa yang engkau mau. Dan kami akan bersamamu. Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan kebenaran, seandainya saja di hadapan kami terdapat lautan, niscaya kami akan menyelaminya bersamamu. Tak seorang pun dari kami yang akan tinggal. Kami tidak enggan untuk bertemu musuh esok hari. Kami adalah kaum yang sabar dalam berperang dan menetapi ketika bertemu musuh. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu dari kami apa yang dapat menenangkan pandanganmu. Maka pergilah dengan penuh keberkahan dari Allah!”

Rasulullah saw. pun merasa gembira. Lalu beliau berkata, ”Pergilah kalian dengan penuh keberkahan dari Allah dan berbahagialah karena sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu dari kedua rombongan tersebut. Demi Allah, seakan-akan sekarang aku sedang melihat kematian mereka.”

Syuro Seputara Tempat dan Posisi Pasukan

Ketika Rasulullah saw. hendak bergerak menghadapi pasukan musyrikin dan mendirikan kemah di hadapannya serta mengambil posisi sebagai persiapan sebelum perang, beliau masih terus mendengarkan saran dari para sahabatnya. Hubbab bin Mundzir bin Jamuh berkata, ”Wahai Rasulullah, apakah tempat ini adalah wahyu yang Allah turunkan sehingga kami tidak punya hak untuk bergeser maju ataupun mundur. Ataukah ini hanyalah pendapat pribadi, dan peperangan adalah tipu daya dan strategi?” Rasulullah saw. menjawab, ”Tidak. Ini hanyalah pendapat pribadi, dan peperangan adalah tipu daya dan strategi.” Hubbab kembali berkata, ”Wahai Rasulullah, ini bukanlah lokasi yang tepat. Pergilah bersama beberapa orang hingga kita sampai lebih dekat dengan sumber air, lalu kita singgah di sana. Kemudian kita gali beberapa sumur dan sebuah kolam, lalu kita isi air. kemudian kita perangi mereka. Sehingga kita dapat minum dan mereka tidak.” Rasulullah saw. berkata, ”Engkau benar-benar telah memberikan pendapatmu.”

Rasulullah saw. segera bangkit beserta beberapa orang sahabatnya. Ia pun pergi hingga mendekati sumber air suatu penduduk dan singgah di sana. Lalu beliau memerintahkan sahabatnya untuk membuat sumur dan sebuah kolam besar pada sumur tempat ia singgah serta mengisinya dengan air. Kemudian mereka lemparkan ke dalamnya tempat air. Mereka pun akhirnya mendapatkan sumber air, sementara kaum musyrikin tidak mendapatkannya. Sekelompok orang musyrikin datang sambil menahan perih karena kehausan. Mereka ingin mengambil air dan meminumnya. Seluruhnya terbunuh pada saat Perang Badar, kecuali Hakim bin Hizam yang sempat masuk Islam setelah itu. Ia begitu bersyukur kepada Allah swy. atas keselamatan dirinya pada saat Perang Badar. Karena kalau tidak, niscaya saat itu ia mati dalam keadaan kafir.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan